Senin, 22 Agustus 2022

Peluang dan Tantangan Penerapan Pancasila

Pertanyaan kunci yang akan dikaji pada Unit 3 ini adalah: 

 1. Apa dan bagaimana peluang penerapan Pancasila bagi peserta didik dalam kehidupan di dunia yang saling terhubung ini? 

 2. Apa dan bagaimana tantangan penerapan Pancasila bagi peserta didik dalam kehidupan di dunia yang saling terhubung ini?

1. Tujuan Pembelajaran Pada unit ini peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi peluang dan tantangan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan global, di mana karena kecanggihan teknologi informasi, seseorang dapat berinteraksi dengan orang lain di wilayah, daerah dan bahkan negara yang berbeda. 

2. Aktivitas Belajar 1 

Upaya untuk menerapkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal yang paling menantang dari materi Pancasila, terlebih di era Revolusi Industri 4.0 sekarang, di mana laju perkembangan teknologi begitu cepat. Tentu saja, tantangan dan peluang mengimplementasikan Pancasila pada 30 tahun yang lalu berbeda dengan hari ini, karena perubahan zaman dan alam. 

Pada era sekarang, berkat perkembangan teknologi informasi, dunia seolah tak berjarak. Kita dapat terhubung dengan siapapun dan dari manapun. Batas wilayah, negara, bahkan dunia dengan mudah kita lipat. Misalnya, kalian yang berada di desa, cukup terhubung dengan internet baik melalui handphone, laptop ataupun komputer maka kalian dapat berkomunikasi dengan teman atau orang lain meskipun lokasi kalian berbeda. Kita yang berada di Indonesia dapat melihat dan membaca peristiwa yang terjadi di negara lain. Ini tentu berbeda dengan era awal kemerdekaan, di mana kemajuan teknologi informasi tidak sepesat saat ini. 

 Perkembangan teknologi informasi ini tentu memberikan peluang dan sekaligus tantangan dalam menerapkan Pancasila. Dengan bantuan teknologi informasi, kita dapat mengkampanyekan nilai-nilai Pancasila ke seantero dunia dengan mudah dan cepat. Tak hanya itu, praktik kehidupan kita yang berlandaskan Pancasila juga dapat menjadi inspirasi bagi bangsa-bagsa di dunia. 

 Contohnya, Indonesia dikenal dengan bangsa yang sangat beragam. Ada banyak suku, ras, bahasa, dan agama/kepercayaan di Indonesia. Namun, di tengah keragaman tersebut, bangsa Indonesia tetap dapat hidup rukun dan damai. Tradisi-tradisi yang menunjukkan persaudaraan, kerukunan dan kedamaian yang dipegang teguh oleh bangsa Indonesia dapat menjadi bahan kampanye kepada dunia tentang kerukunan dalam kebinekaan. 

Hal tersebut dapat menjadi inspirasi bagi daerah-daerah yang berkonflik. Di Bali, misalnya, ada tradisi Ngejot, memberikan makan kepada tetangga, yang berlangsung dan mengharmoniskan pemeluk Islam dan Hindu. Di Maluku, ada tradisi Pela Gandong, suatu perjanjian persaudaraan satu daerah dengan daerah lainnya, sehingga ketika terikat dengan perjanjian persaudaraan, maka ia harus saling tolong menolong, saling membantu, sekalipun di dalamnya berbeda agama. Di Papua ada tradisi Bakar Batu yang dilakukan untuk mencari solusi saat terjadi konflik. Berbagai tradisi dan kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu dapat disebarluaskan melalui teknologi informasi. 

 Di balik peluang tersebut, tersimpan juga tantangan yang tidak mudah. Karena teknologi informasi, kita dapat terpengaruh hal-hal buruk dari luar yang tidak sesuai dengan Pancasila dan tradisi kita. Karena teknologi informasi pula, hoaks dan ujaran kebencian menyebar sangat masif di media sosial. Tak jarang, informasi yang kita terima bukan saja tidak benar tetapi juga seringkali merugikan. Dengan teknologi informasi pula, ideologi-ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dapat menyebar dengan cepat dan tentu berpengaruh terhadap kehidupan berbangsa. Ide-ide yang mengarah kepada radikalisme dan terorisme bertebaran di jagat maya dan dapat mempengaruhi kita. Dengan teknologi informasi, narkoba juga dapat menyebar dengan cepat hingga ke desa dan perkampungan. 

a. Ber-Pancasila di Era Media Sosial Menurut data yang dirilis We Are Social tahun 2019, pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi rakyat Indonesia. Dan setiap tahunnya pengguna internet terus mengalami peningkatan signifikan. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa media sosial menjadi tempat penyebaran hoaks yang sangat masif. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), hingga 5 Mei 2020, mencatat sebanyak 1.401 konten hoaks dan disinformasi terkait Covid-19 beredar di masyarakat. Riset Dailysocial.id melaporkan bahwa informasi hoaks paling banyak ditemukan di platform Facebook (82,25%), WhatsApp (56,55%), dan Instagram (29,48%). Sebagian besar responden (44,19%) yang ditelitinya tidak yakin mememiliki kepiawaian dalam mendeteksi berita hoaks. Selain hoaks, media sosial juga digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian, pemikiran intoleransi dan radikalisme. Sejumlah lembaga penelitian telah menunjukkan betapa masifnya penyebaran hoaks, ujaran kebencian, intoleransi dan radikalisme yang dilakukan melalui media sosial. 40 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/SMK Kelas X Namun di sisi lain, media sosial juga dapat digunakan untuk menyebarkan sejumlah gagasan dan program yang baik. Aktivitas mengumpulkan dana melalui media sosial yang disebut dengan crowdfunding untuk misi kebaikan seperti membantu pengobatan orang yang sakit, memperbaiki rumah, dan sebagainya, banyak dilakukan. Kita dapat menyimpulkan bahwa media sosial bermata dua. Satu sisi ia dapat menjadi alat untuk menebar kebaikan, tetapi sisi lain ia juga dapat menjadi alat untuk melakukan pengrusakan sosial. Kata kuncinya adalah bagaimana agar media sosial dapat digunakan untuk melakukan kebaikan, membantu sesama, dan menyuarakan keadilan. 

b. Pancasila dan Pandemi Tahun 2020 ditandai dengan munculnya virus Covid-19. Ia tak hanya menjangkiti satu negara, melainkan telah menjadi wabah dunia (pandemi). Penyebaran virus ini begitu masif. Sebagai pandemi, tentu saja penanganan terhadap penyebaran Covid-19 tidak bisa hanya dilakukan oleh satu orang, satu kelompok ataupun satu negara. Penanganannya menuntut komitmen dan kerjasama lintas negara, yang melibatkan seluruh warga negara dunia. Jika ada satu atau beberapa negara yang “bandel” atau tidak memiliki komitmen untuk menyudahi penyebaran Covid-19 ini, maka ia akan terus menyebar ke negara-negara lain. Penyebabnya, lalu lintas orang terjadi begitu masif, sehingga ia bisa menjadi “media” penyebaran virus baru ini. Terkait dengan hal tersebut, bagaimana peluang dan tantangan penerapan Pancasila di era pandemi ini? Sebagai warga negara Indonesia yang berlandaskan pada Pancasila, sikap dan tindakan apa yang sebaiknya dilakukan menghadapi pandemi


STUDI KASUS

Kalian membuat 1 resume kasus yang mencerminkan tantangan pengimplementasian Pancasila di era media sosial. Kasus tersebut dapat berupa berita yang dipublikasikan melalui berbagai media cetak maupun digital. Kalian diminta untuk menganalisis kasus tersebut dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut: 

 1. Isi berita/masalah 

2. Tokoh dalam berita 

3. Alasan terjadi masalah 

4. Bentuk pelanggaran terhadap Pancasila 

5. Kaitan masalah dengan kemajuan teknologi (era digital)

Minggu, 07 Agustus 2022

Isi Butir-Butir Pengamalan Pancasila Lengkap Sila 1 Sampai 5

 

Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-1 “Ketuhanan Yang Maha Esa”

1.       Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2.       Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

3.       Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

4.       Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

5.       Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

6.       Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.

7.       Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain.

 

Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-2 “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab"

1.       Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2.       Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.

3.       Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.

4.       Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

5.       Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.

6.       Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

7.       Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

8.       Berani membela kebenaran dan keadilan.

9.       Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

10.   Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-3 “Persatuan Indonesia"

1.       Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

2.       Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

3.       Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

4.       Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.

5.       Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

6.       Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

7.       Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

 

Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-4 “Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”

1.       Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

2.       Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

3.       Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

4.       Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

5.       Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

6.       Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah.

7.       Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

8.       Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

9.       Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

10.   Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan.

 

Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-5: Makna, Nilai, & Isinya Butir-Butir Pengamalan Pancasila Sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”

1.       Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotong-royongan.

2.       Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

3.       Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

4.       Menghormati hak orang lain.

5.       Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

6.       Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

7.       Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

8.       Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

9.       Suka bekerja keras.

10.   Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

11.   Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

 

Penerapan Pancasila dalam Konteks Berbangsa

 

Petunjuk Belajar Modul:

1.       Dengan modul ini diharapkan siswa dapat belajar secara mandiri tentang konsep hak dan kewajiban asazi manusia  tanpa atau dengan bimbingan guru.

2.       Modul ini dikembangkan dari konsep yang mudah ke yang sulit, dari konsep nyata ke konsep yang abstrak dan dari konsep yang sederhana ke konsep yang rumit.

3.       Belajarlah secara mandiri

Prasyarat Sebelum Belajar:

Sebelum mempelajari penyelenggaraan pemerintahan negara, peserta didik diharapkan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini sebagai apersepsi:

1.       Bagaimana penerapan Pancasila dalam konteks kehidupan berbangsa?

2.       Apa saja yang sudah terimplementasikan dan apa saja yang menjadi tantangan dalam mengimplementasikan Pancasila?

3.       Apakah kehidupan masyarakat di sekitar telah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?

4.       Apa saja karakter atau ciri-ciri kehidupan masyarakat yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila?

 

Sumber Bacaan

Pancasila bukan sekadar pajangan ataupun hafalan semata. Pancasila, pada saat si[1]dang BPUPK, ditempatkan sebagai philosophische grondslag atau weltanschauung. "Philosophische Grondslag"  berasal dari bahasa Belanda yang berarti norma (lag), dasar (grands), dan yang bersifat ilsafat (philosophische). Selain itu, berasal juga dari bahasa Jerman, yaitu "Weltanschauung" yang memiliki arti sebagai pandangan men[1]dasar (anshcauung), dengan dunia (welt). Bahkan, ketikam mengajukan penamaan lima dasar negara merdeka dengan mengusulkan nama Pancasila. Soekarno menegaskan kelima dasar yang diusulkannya itu bukan sesuatu yang asing bagi bangsa Indonesia karena ia digali dari tradisi dan budaya bangsa Indonesia.

Namun demikian, praktik berbangsa tidak sepenuhnya sesuai dengan sila[1]sila Pancasila. Dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat, dapat kita jumpai sejumlah “pelanggaran” terhadap sila-sila Pancasila. Tak hanya oleh masyarakat umum, di kalangan peserta didik sendiri, praktik ber-Pancasila tak sepenuhnya dapat dijalankan dengan baik.

Mari kita diskusikan dan releksikan penerapan Pancasila menurut sila-sila Pancasila.

a. Ketuhanan Yang Maha Esa

Dalam konteks kehidupan berbangsa, sila pertama ini mereleksikan bahwa bang[1]sa Indonesia adalah bangsa yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena itu, ia dapat melaksanakan ajaran-ajaran agamanya secara nyaman dan seksama tanpa mengalami gangguan. Namun faktanya, tidak semua manusia Indonesia yang berke[1]tuhanan ini dapat melaksanakan ajaran dan ritual agamanya dengan nyaman dan sek[1]sama. Masih kerap terjadi sejumlah persoalan terkait dengan kebebasan pelaksanaan ajaran agama, seperti soal intoleransi terhadap keyakinan yang berbeda yang terjadi

di kalangan masyarakat.

 

b. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Sila kedua ini memberikan pengertian bahwa setiap bangsa Indonesia dijunjung tinggi, diakui, dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya selaku ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Pendek kata, setiap warga negara Indonesia memiliki derajat, hak, dan kewajiban yang sama. Oleh karena itu, segala tindakan yang melanggar “kemanusian”, seperti perundungan (bullying), diskriminasi, dan kekerasan antar[1]sesama tidak dapat dibenarkan. Sila ini juga secara eksplisit menyebut kata “adil dan beradab” yang berarti bahwa perlakuan terhadap sesama manusia haruslah adil dan sesuai dengan moral-etis serta adab yang berlaku. Sayangnya, kehidupan berbangsa kita tidak sepenuhnya dapat menerapkan hal ini. Masih banyak terjadi tindakan[1]tindakan yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia, seperti perundungan, diskriminasi, ujaran kebencian, bahkan kekerasan terhadap peserta didik dan guru.

c. Persatuan Indonesia

Sila ketiga ini memberikan syarat mutlak kepada setiap bangsa Indonesia untuk men[1]junjung tinggi persatuan. Persatuan di sini bukan bermakna terjadinya penyeragaman dari keragaman yang ada. Melalui sila ini, kita semua diminta bersatu padu, kompak tanpa perpecahan untuk bersama-sama memajukan bangsa dan negara Indonesia. Faktanya, kita masih kerap menjumpai berbagai narasi yang justru kontra-produktif dengan semangat persatuan: saling menghujat, menghasut, memusuhi, dan menye[1]rang mereka hanya karena berbeda. Lebih parah lagi, gerakan separatis yang hendak memisahkan diri dari Indonesia masih tetap eksis hingga kini.

d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam per[1]musyawaratan/perwakilan

Dalam konteks berbangsa, sila ini menegaskan bahwa segala keputusan di lingkungan masyarakat harus dilakukan dengan penuh hikmat kebijaksanaan melalui mekanisme musyawarah. Karena itulah, untuk melaksanakan kegiatan/program bersama di ma[1]syarakat harus ditempuh dengan cara musyawarah. Prinsip musyawarah ini menya[1]darkan kita bahwa setiap bangsa Indonesia memiliki hak, kedudukan, dan kewajiban yang setara. Dengan demikian, tidak boleh ada seseorang atau satu kelompok yang merasa paling otoritatif dan merasa paling benar. Faktanya, kita masih menjumpai sejumlah praktik kehidupan di masyarakat yang tak sepenuhnya mengedepankan musyawarah, seperti tidak menghargai pendapat yang berbeda, antikritik.

e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Keadilan adalah nilai universal yang harus dipraktikkan oleh setiap bangsa Indonesia. Dalam konteks kehidupan berbangsa, keadilan dapat bermakna bahwa setiap bang[1]sa Indonesia berada dalam posisi yang setara, baik terkait dengan harkat, martabat, maupun hak dan kewajibannya. Karena itu, merendahkan orang lain karena, misal[1]nya, status sosial, jenis kelamin, agama, dan budaya adalah bentuk dari ketidakadilan. Untuk bersikap adil harus dimulai dari cara pikir yang adil. Sayangnya, ada banyak ketidakadilan yang terjadi di sekitar kita. Misalnya, diskriminasi dan ketidakadilan terhadap perempuan: perempuan tidak mendapatkan hak belajar yang setara dengan laki-laki, perempun jarang dikasih kesempatan untuk menjadi pemimpin karena di[1]anggap emosional, upah pekerja perempuan umumnya lebih rendah dibanding laki[1]laki, atau dipaksa nikah muda karena ia perempuan. Tentu, masih banyak contoh lain dari ketidakadilan yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

Minggu, 13 Februari 2022

Senin, 24 Januari 2022

Perjanjian internasional

 

Perjanjian internasional adalah sebuah perjanjian yang dilakukan di antara dua negara atau lebih. Ada beberapa macam pengertian perjanjian internasional menurut beberapa ahli dan ada beberapa jenis perjanjian internasional yang disepakati oleh beberapa negara. Apa sajakah itu?

Sebuah perjanjian ada dua jenis yaitu tertulis resmi dan tidak tertulis yang digunakan oleh negara untuk mengikat diri secara hukum. Perjanjian adalah dokumen resmi yang menyatakan sebuah kesepakatan dengan kata-kata dan hasil diskusi atau rapat yang mengakui hak dan kewajiban para pesertanya.

Perjanjian hampir sama dengan kontrak, keduanya adalah contoh kesepakatan antara kedua pihak yang bersedia melakukan hak dan kewajiban. Pihak mana pun yang gagal memenuhi kewajibannya dapat bertanggung jawab berdasarkan hukum internasional

Perjanjian internasional juga sebuah perjanjian yang dilakukan di bawah hukum internasional. Sebuah kesepakatan yang mengikat secara hukum antara negara. Sebuah perjanjian internasional juga dapat disebut konvensi, protokol, pakta, dll.

 

Dengan demikian, Konvensi Jenewa dan Konvensi Senjata Biologis keduanya merupakan perjanjian meskipun tidak perlu ada kata “perjanjian” dalam namanya. Sebuah perjanjian internasional secara khusus merupakan perjanjian yang mengikat secara hukum antara negara-negara yang membutuhkan ratifikasi, saran dan persetujuan dari para anggota.

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan pengertian mengenai perjanjian internasional seperti :

1. Mochtar Kusumaatmadja

Perjanjian internasional menurut Mochtar Kusumaatmadja adalah sebuah perjanjian yang dilakukan oleh antar bangsa dengan tujuan menciptakan akibat yang berdampak dari hukum tertentu.

2. Pasal 38 Ayat 1 di Piagam Mahkamah Internasional

Perjanjian Internasional menurut Pasal 38 Ayat 1 yang ada di Piagam Mahkamah Internasional adalah hal-hal yang mengandung kebijakan hukum yang diakui secara tegas oleh berbagai pihak yang bersangkutan baik itu sifatnya umum atau khusus.

3. Oppenheimer-Lauterpacht

Perjanjian Internasional menurut Oppenheimer-Lauterpacht adalah sebuah persetujuan antar negara yang mana dari perjanjia tersebut muncullah sebuah hak dan kewajiban di antara negara yang melakukan perjanjian di dalamnya.

4. Georg Schwarzenberger

Perjanjian internasional menurut Georg Schwarzenberger adalah sebuah persetujuan antara subjek-subjek hukum internasional. Dari persetujuan itulah timbul sebuah kewajiban-kewajiban yang kemudian mengikat subjek-subjek hukum internasional.

Istilah-istilah dalam Perjanjian Internasional

Contoh Perjanjian Internasional

 perjanjian internasional sendiri memiliki berbagai istilah seperti konvensi, protokol, traktat, pakta, statuta, deklarasi dan masih banyak istilah lainnya. Adapun pengertiannya adalah sebagai berikut :

1. Konvensi

Konvensi adalah kesepakatan antara negara untuk mengatur hal-hal yang ada kaitannya dengan dengan kebijakan tingkat tinggi.

2. Protokol

Protokol adalah sebuah persetujuan yang tidak dibuat oleh para pejabat negara sehingga sifatnya tidak begitu resmi. Isi dari persetujuan ini adalah berusaha untuk mengatur permasalahan tambahan dalam menafsirkan beberapa klausal tertentu.

3. Traktat

Traktat adalah sebuah perjanjian internasional yang paling formal di antara 2 atau lebih yang isinya persetujuan di bidang politik dan ekonomi.

4. Pakta

Pakta adalah sebuah istilah dalam perjanjian internasional yang sifatnya lebih khusus sehingga membutuhkan ratifikasi.

5. Statuta

Sebuah undang-undang atau perjanjian yang tertulis resmi dari otoritas legislatif yang mengatur kota, negara. Biasanya, undang-undang memerintahkan atau melarang sesuatu, atau menyatakan kebijakan.

6. Deklarasi

Deklarasi adalah pernyataan formal atau pengumuman mengacu pada ketentuan dalam perjanjian yang disepakati. Deklarasi adalah pernyataan sepihak suatu negara yang mempengaruhi hak dan kewajiban negara lain seperti deklarasi perang.

7. Proses verbal

Proses verbal adalah catatan yang berisi mengenai kesimpulan dari konferensi diplomatik yang menggaris besari sebuah kesepakatan yang mebcapai kata mufakat. Hanya saja proses verbal ini tidak perlu melakukan ratifikasi.

Proses Perjanjian Internasional

Sebuah perjanjian dinegosiasikan oleh sekelompok negara, baik melalui organisasi yang dibentuk untuk tujuan khusus atau melalui badan yang ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Proses negosiasi mungkin memakan waktu beberapa tahun, tergantung pada topik perjanjian dan jumlah negara yang berpartisipasi.

 Setelah negosiasi selesai, perjanjian ditandatangani oleh perwakilan dari pemerintah yang terlibat. Persyaratan bisa saja berisi bahwa perjanjian itu diratifikasi serta ditandatangani sebelum mengikat secara hukum. Setelah itu pemerintah meratifikasi perjanjian dengan menyimpan instrumen ratifikasi di lokasi yang ditentukan dalam perjanjian.

Instrumen ratifikasi sendiri adalah dokumen yang berisi konfirmasi formal bahwa pemerintah menyetujui ketentuan perjanjian. Proses ratifikasi bervariasi sesuai dengan hukum dan Konstitusi masing-masing negara.

Secara umum, amandemen perjanjian hanya mengikat negara-negara yang telah meratifikasi amandemen, dan kesepakatan yang dicapai pada konferensi peninjauan, KTT, atau pertemuan negara-negara pihak secara politis tetapi tidak mengikat secara hukum.

Contoh perjanjian yang memang memiliki ketentuan untuk perjanjian mengikat lebih lanjut adalah Piagam PBB. Dengan menandatangani dan meratifikasi Piagam tersebut, negara-negara sepakat untuk secara hukum terikat oleh resolusi yang dikeluarkan oleh badan-badan PBB seperti Majelis Umum dan Dewan Keamanan.

Dengan demikian, resolusi PBB secara hukum mengikat Negara-negara Anggota PBB, dan tidak ada tanda tangan atau ratifikasi yang diperlukan.

Tujuan Perjanjian Internasional

Lalu apa sih tujuan dari adanya perjanjian internasional? Ada beberapa tujuan mengapa perjanjian internasional itu perlu dilakukan di antaranya adalah :

1. Adanya Dokumen Kesepakatan yang Tertulis

Tujuan adanya perjanjian internasional adalah agar hak dan kewajiban beberapa negara yang sudah disepakati bersama bisa terdokumentasi dengan jelas. Jika ada peserta yang melanggar maka akan mendapatkan konsekuensi dari apa yang telah disepakati.

2. Menegakkan Hukum Internasional

Dengan adanya sebuah perjanjian internasional maka akan menegakkan hukum internasional yang berlaku sesuai dengan kesepakatan. Hukum internasional akan lebih ditakuti lagi dan tidak disepelekan.

3. Memelihara Perdamaian Dunia

Perjanjian internasional berpartisipasi langsung dalam upaya untuk mewujudkan dan memelihara perdamaian berbagai negara yang ada di dunia.

4. Menjaga Keamanan Dunia

Perjanjian internasional berusaha untuk menjaga keamanan internasional dengan melakukan berbagai peraturan yang melarang penggunaan senjata atau nuklir tanpa persetujuan.

5. Menjadi Alat Pengontrol

Tujuan adanya perjanjian internasional yang selanjutnya adalah mampu menjadi sebuah alat pengontrol bagi semua pihak yang meyetujui isi dari perjanjian internasional. Jadi siapapun pihak yang terlibat dalam perjanjian wajib melaksanakan hak dan kewajiban yang telah diatur dalam isi perjanjian.

 

Macam-macam Perjanjian Internasional

Ada dua macam perjanjian internasional yaitu bilateral dan multilateral dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Bilateral

Perjanjian antara dua negara yang pada umumnya persetujuan kerja sama di bidang ekonomi at au wilayah negara. Salah satu perjanjian bilateral yang sering dilakukan oleh kedua negara adalah perjanjian perdagangan bilateral. Perjanjian ini memberikan status perdagangan yang disukai antara dua negara dengan memberi mereka akses ke pasar masing-masing.

Tujuan bilateral di bidang ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan perdagangan dan ekonomi. Ketentuan perjanjian ini merupakan standar dari operasi bisnis untuk menyamakan kedudukan. Perjanjian bilateral meningkatkan perdagangan antara kedua negara dan membuka pasar uindustri yang sukses.

Bilateral lebih mudah untuk dinegosiasikan daripada perjanjian perdagangan multilateral, karena hanya melibatkan dua negara. Adapula perjanjian bilateral di bidang investasi yang isinya adalah menetapkan syarat dan ketentuan untuk investasi swasta oleh warga negara dan perusahaan dari satu negara ke negara lain. Jenis investasi ini disebut investasi asing langsung .

2. Multirateral

Sementara perjanjian antara beberapa negara disebut multilateral. Beberapa perjanjian multilateral membentuk organisasi internasional untuk tujuan tertentu atau beragam tujuan sehingga dapat disebut sebagai perjanjian konstitusi.

Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1945 adalah contoh perjanjian multilateral dan instrumen konstituen PBB. Contoh dari perjanjian regional yang beroperasi sebagai perjanjian konstituen adalah piagam Organisasi Negara-negara Amerika (Piagam Bogotá), yang membentuk organisasi tersebut pada tahun 1948.

Konstitusi organisasi internasional mungkin merupakan bagian dari perjanjian multilateral yang lebih luas. Kemudian adapula Perjanjian Versailles 1919 yang masuk dalam Bagian I Perjanjian Liga Bangsa-Bangsa.

Contoh-contoh Perjanjian Internasional

Ada beberapa contoh perjanjian internasional dari beberapa negara di antaranya adalah :

1. Konvensi Jenewa

Konvensi Jenewa adalah sebuah perjanjian internasional yang berisi larangan dalam penggunaan senjata biologis dan gas beracun dalam perang. Larangan inilah yang membentuk dasar bagi Konvensi Senjata Biologis dan Kimia.

2. Konvensi Senjata Biologis dan Kimia

Konvensi Senjata Biologis dan Kimia merupakan sebuah perjanjian internasional yang isinya melarang pengembangan, penimbunan, akuisisi, retensi, dan produksi agen biologis dan racun dalam jumlah banyak.

 

Penggunanan itu dilarang untuk tujuan profilaksis, perlindungan atau tujuan selain perdamaian.

Apapun senjata, peralatan, dan kendaraan yang dirancang dengan bahan-bahan kimia yang beracun dengan tujuan untuk permusuhan atau digunakan dalam konflik bersenjata, maka hal itu dilarang.

3. Resolusi Dewan Keamanan PBB 1540 (UNSCR 1540)

UNSCR 1540 berisi kewajiban pada semua Negara Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menegakkan langkah-langkah efektif terhadap senjata kimia, nuklir atau biologi yang diproduksi dan dikirim oleh negara non anggota PBB. Perjanjian ini juga berisi tentang langkah-langkah yang untuk mencegah proliferasi senjata kimia, nuklir, atau biologis.

4. Konvensi Senjata Kimia (CWC)

Konvensi Senjata Kimia adalah sebuah perjanjian internasional yang berisi melarang pengembangan, produksi, akuisisi, penimbunan, dan transfer senjata kimia, termasuk beberapa racun biologis.

5. Peraturan Kesehatan Internasional atau International Health Regulations (IHR (2005)

IHR (2005) adalah perjanjian internasional antara 194 negara dan Organisasi Kesehatan Dunia untuk memantau, melaporkan, dan menanggapi setiap peristiwa yang dapat menimbulkan ancaman bagi kesehatan masyarakat internasional.

Tujuan dari IHR (2005) adalah untuk mencegah, melindungi, mengendalikan dan memberikan respons kesehatan masyarakat terhadap penyebaran penyakit internasional dengan cara yang sesuai. Tujuan ini berupaya untuk mencegah risiko kesehatan masyarakat lebih menyebar dan menghindari gangguan yang tidak diinginkan.

6. Konvensi Perlindungan Tanaman Internasional International Plant Protection Convention (IPPC)

IPPC adalah perjanjian internasional yang berkaitan dengan pencegahan masuk dan tersebarnya hama ke tanaman dan produk tanaman. IPPC telah mengembangkan pedoman phytosanitary dan berfungsi sebagai pusat pelaporan serta sumber informasi. Tujuh organisasi phytosanitary regional telah didirikan di bawah payung IPPC.

Organisasi Perlindungan Tanaman Amerika Utara (NAPPO), misalnya, terdiri dari AS, Kanada, dan Meksiko, yang berpartisipasi melalui APHIS, Badan Inspeksi Makanan Kanada (CFIA), dan Direktorat Kesehatan Tanaman, masing-masing.

Organisasi Perlindungan Tanaman Eropa dan Mediterania (EPPO) adalah organisasi antar pemerintah, juga di bawah IPPC, yang bertanggung jawab atas kerja sama perlindungan tanaman di antara 50 negara di kawasan Eropa dan Mediterania.

7. Inisiatif Keamanan Proliferasi Proliferation Security Initiative (PSI)

PSI adalah upaya global yang bertujuan untuk menghentikan perdagangan senjata untuk bisa musnah mulai dari sistem pengirimannya hingga bahan-bahan terkait ke negara-negara yang menjadi perhatian proliferasi. Perjanjian ini diluncurkan pada tanggal 31 Mei 2003.

8. Kemitraan Global Menentang Penyebaran Senjata dan Bahan Pemusnah Massal Global atau Partnership Against the Spread of Weapons and Materials of Mass Destruction (GP)

Sejak diluncurkan oleh Pemimpin G-8 pada KTT Kanan-G tanggal 8 Juni 2002, Kemitraan Global telah bekerja sama untuk mengatasi masalah nonproliferasi, pelucutan senjata, kontraterorisme, dan keselamatan nuklir melalui proyek-proyek kerjasama di berbagai bidang seperti penghancuran senjata kimia dan pembongkaran kapal selam nuklir yang dinonaktifkan.

Kemudian ada bidan lainnya seperti keamanan dan disposisi bahan fisil; dan merombak pekerjaan mantan ilmuwan senjata untuk usaha sipil.

9. Grup Australia

The Australia Group atau AG adalah forum informal negara-negara bertujuan untuk memastikan bahwa ekspor tidak berkontribusi pada pengembangan senjata kimia atau biologi. Para anggota perjanjian AG berupaya untuk melakukan kontrol ekspor untuk membantu negara-negara memenuhi kewajiban mereka berdasarkan Konvensi Senjata Kimia dan Konvensi Senjata Biologis dan Toxin.

Semua peserta dalam Grup Australia adalah Pihak Negara pada Konvensi Senjata Biologis dan Toxin. AG mengendalikan agen biologis, patogen tanaman dan hewan, peralatan biologi dan kimia penggunaan ganda, teknologi dan perangkat lunak terkait, dan prekursor kimia.

 

Perjanjian Internasional yang Pernah Dilakukan oleh Negara Indonesia

Ada dua macam perjanjian internasional yang pernah dilakukan oleh Indonesia yaitu bilateral dan multirateral.

perjanjian bilateral yang pernah dilakukan oleh Indonesia adalah :

1. Perjanjian Indonesia dengan Belanda yang berisikan pemindahan dan penyerahan Irian Barat kepada Indonesia yang telah disepakati di New York pada tanggal 15 Agustus 1962.

2. Perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Malaysia yang berisi mengenai Laut Cina Selatan dan Selat Malaka yang dilaksanakan pada tanggal 27 Oktober 1969.

3. Perjanjian bilateral negara Indonesia dengan Thailand pada tanggal 17 Desember 1971 yang berisi mengenai batas wilayah bagian utara Selat Malaka beserta laut Andaman.

4. Perjanjian Indonesia dengan Australia yang berisi peraturan garis batas wilayah Indonesia dan Australia. Perjanjian ini disepakati di Jakarta pada tanggal 12 Februari 1973.

5. Perjanjian bilateral antara Indonesia dengan Singapura pada tanggal 25 Mei 1973 yang berisi pembahasan mengenai batas-batas laut teritorial selat-selat di negara Singapura yang dekat dengan wilayah Indonesia.

Selain memiliki perjanjian bilateral, Indonesia juga pernah melakukan perjanjian multirateral seperti :

1. Perjanjian internasional mengenai konvensi hukum laut oleh beberapa negara yang diselenggarakan dalam forum PBB. Konvensi ini telah ditandatangani oleh berbagai negara pada tahun 1958.

2. Konvensi Jenewa yang disepakati dan ditanda tangani oleh berbagai negara pada tahun 1949. Konvensi Jenewa berisi hukum mengenai perlindungan para korban perang.

3. Konvensi wina yang telah diselenggarakan dan disahkan oleh berbagai negara pada tahun 1961. Konvensi Wina berisikan tentang hubungan diplomatik antar berbagai negara di dunia.

Indonesia telah aktif di kancah internasional dan sudah diakui oleh hukum internasional. Bahkan negara ini juga pernah menjadi tuan rumah karena menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 1955.

Banyak kerjasama antar negara yang pernah dilakukan oleh Indonesia dan negara lainnya. Aktifnya Indonesia di berbagai persoalan negara ini membuktikan eksistensi negara ini baik di wilayah Asia hingga Uni Eropa.

PERWAKILAN DIPLOMATIK DAN KONSULER

 

PERWAKILAN DIPLOMATIK
Perwakilan diplomatik adalah hubungan diantara negara-negara dalam kehidupan internasional untuk menjalin persahabatan dan kerja sama, dengan mengirimkan perwakilan tetap antara satu negara dengan negara lain.  Hubungan diplomatik dilakukan untuk mendukun terwujudnya tujuan nasional dan kepentingan suatu bangsa. Hubungan diplomatik bukan hanya menyangkut masalah politik tapi juga aspek ekonomi, sosial budaya, dan lain sebagainya yang menyangkut hubungan kedua negara.
Hak untuk mengirimkan dan kewajiban untuk menerima perwakilan diplomatik suatu negara merupakan  kebebasan yang dimiliki oleh hampir seluruh negara merdeka sebagai salah satu atribut dari kedaulatannya.
Menurut Kepres Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, perwakilan diplomatik adalah kedutaan besar Republik Indonesia dan perutusan tetap Republik Indonesia yang melakukan kegiatan diplomatik di seluruh wilayah negara penerima dan/atau pada organisasi internasional untuk mewakili dan memperjuangkan kepentingan bangsa, negara dan pemerintah Republik Indonesia.

TINGKATAN-TINGKATAN PERWAKILAN DIPLOMATIK

1.      Duta besar berkuasa penuh, yaitu perwakilan diplomatik yang mempunyai kekuasaan penuh dan luar biasa dan biasanya ditempatkan di negara negara yang banyak menjalin hubungan timbal balik. Di tempat mana duta besar diakreditir, ia mempunyai kedudukan lebih tinggi dari duta-duta. Duta besar mewakili kepala negaranya, memberikan perlindungan terhadap kepentingan dan nama baik negaranya. Duta besar biasanya dikirim oleh negara besar yang sebaliknya juga menerima duta besar di negaranya. Duta besar dapat langsung beraudiensi dengan kepala negara, sedangkan perwakilan diplomatik lainnya, hendaklah dengan perantaraan menteri luar negeri.
Menurut Wijono Projodikoro, ada tiga tugas yang harus diemban oleh Duta Besar yaitu : Melaksanakan Perundingan ( negotiation ), Meneropong keadaan ( observation ), Memberi perlindungan ( protection ).
2.      Duta, yaitu perwakilan diplomatik yang dalam menyelesaikan persoalan kedua negara harus berkonsultasi dahulu dengan pemerintahnya.
3.      Menteri Residen, status menteri residen bukan sebagai wakil pribadi kepala negara melainkan hanya mengurus urusan negara.
4.      Kuasa Usaha, adalah perwakilan diplomatik yang tidak diperbantukan kepada kepala negara, melainkan kepada menteri luar negeri . Di Bedakan menjadi 2:
*      Kuasa usaha tetap menjabat kepala dari suatu perwakilan
*      Kuasa usaha sementara yang melaksanakan pekerjaan dari kepala perwakilan ketika pejabat ini belum atau tidak ada di tempat
5.      Atase ini terbagi menjadi dua yaitu :
*      Atase pertahanan
Atase ini dijabat oleh seorang perwira militer yang diperbantukan depertemen luar negeri dan diperbantukan di kedutaan besar serta diberikan kedudukan sebagai seorang diplomat yang bertugas memberikan nasihat di bidang militer dan pertahanan keamanan kepada duta besar berkuasa penuh.
*      Atase teknis
Atase ini dijabat oleh seorang pegawai negeri yang tidak berasal dari depertemen luar negeri dan ditempatkan di salah satu kedutaan besar, atase ini berkuasa penuh dalam menjalankan tugas tugas teknis sesuai dengan tugas pokok dari departemennya sendiri.
Tujuan Diplomasi
Para diplomat itu yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan diplomasi, yang antara lain adalah untuk :
·        Membina, menjaga, dan menyelenggarakan hubungan yang lancar dengan negara dan pemerintah lain
·        Mengumpulkan dan menyampaikan informasi yang berguna;
·        Menjaga agar kepentingan negara sendiri tidak dirugikan dalam percaturan politik internasional
·        Merepresentasikan bangsa dan negara sendiri di luar negeri;
·        Melindungi para warga negara sendiri di luar negeri.
Diplomasi suatu negara dilakukan baik oleh korps perwakilan diplomatik maupun oleh korps perwakilan konsuler.
KEWAJIBAN PERWAKILAN DIPLOMATIK
Para pejabat diplomatik mempunyai kewajiban sebagai berrikut:
1.      Menghormati segala hukum yang berlaku di negara penerima
2.      Tidak mencampuri urusan dala negeri negara penerima.
3.      Tidak menggunakan gedung perwakilan diplomatik untuk kegiatan yang bukan merupakan tugas perwakilan diplomatik.
4.      Tidak melakukan kegiatan profesional dan perdagangan untuk keuntungan pribadinya dinegara penerima.
5.      Bertindak sebagai saksi di depan negara penerima. Hal ini terjadi jika kesaksian sangat dbutuhkan untuk menyelesaikan suaru masalah.

FUNGSI DAN TUGAS PERWAKILAN DIPLOMATIK (MENURUT KONVERENSI WINA)
Menurut konvensi Wina 1961 :
1.      Mewakili negaranya dinegara penerima (representasi)
2.      Melindungi kepentingan negara pengirim di negara penerima dalam batas yang             diperkenalkan oleh hukum internasional (proteksi)
3.      Mengadakan perundingan-perundingan dengan pemerintah dimana merka di akreditasikan      (negosiasi)
4.      Memberikan laporan kepada negara pengirim mengenai keadaan-keadaan dan pekembangan   dinegara penerima, dengan cara yang dapat dibrnakan oleh hukum (pelaporan)
5.      Meningkatkan hubungan persahabatan antara negara terutama dengan negara pengirim dan     mu pengetahuan diantara mereka.

PERWAKILAN NEGARA RI DILUAR NEGERI
Fungsi Perwakilan Diplomatik
Di Indonesia sehubungan dengan usaha menjalin hubungan internasional ini didasarkan pada UUD 1945 pasal 13 yang di dalamnya berisi :
v  Presiden mengangkat duta dan konsul.
v  Dalam hal mengangkat duta dan konsul presiden memperhatikan pertimbangan DPR.
v  Presiden menerima penempatan duta negara lain dengan meperhatikan pertimbangan DPR
Jadi, fungsi diplomatik dalam arti politis adalah sebagai berikut :
*      Mempertahankan kebebasan Indonesia terhadap imperialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya dengan melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
*      Mengabdi kepada kepentingan nasional dalam mewujudkan masyrakat adil dan makmur.
*      Menciptakan pesahabatan yang baik antar negara dalam mewujudkan pelaksanaan tugas negara perwakilan diplomatik.

Tugas pokok perwakilan diplomatik
            Perwakilan diplomatik ( Duta besar ) meilik tugas pokok yang antara lain sebagai berikut:
v  Menyelenggarakan hubungan dengan negara lain atau hubungan kepala negara dengan pemerintah asing.
v  Mengadakan perundingan masalah masalah yang dihadapi oleh kedua negara itu dan berusaha untuk menyelesaikannya.
v  Mengurus kepentingan negara serta warga negaranya di negara lain.
v  Apabila dianggap perlu dapat bertindak sebagai tempat pencatatan sipil, paspor.

Fungsi Perwakilan diplomatik menurut Kepres Nomor 108 Tahun 2003 Tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri :

*      Peningkatan dan pengembangan kerja sama politik dan keamanan, ekonomi, sosial dan budaya dengan Negara Penerima dan/atau Organisasi Internasional;
*      Peningkatan persatuan dan kesatuan, serta kerukunan antara sesama Warga Negara Indonesia di luar negeri;
*      Pengayoman, pelayanan, perlindungan dan pemberian bantuan hukum dan fisik kepada Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia, dalam hal terjadi ancaman dan/atau masalah hukum di Negara Penerima, sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional, hukum internasional, dan kebiasaan internasional;
*      Pengamatan, penilaian, dan pelaporan mengenai situasi dan kondisi Negara Penerima;
*      Konsuler dan protokol;
*      Perbuatan hukum untuk dan atas nama Negara dan Pemerintah Republik Indonesia dengan Negara Penerima;
*      Kegiatan manajemen kepegawaian, keuangan, perlengkapan, pengamanan internal Perwakilan, komunikasi dan persandian;
*      Fungsi-fungsi lain sesuai dengan hukum dan praktek internasional.


MULAI BERLAKUNYA FUNGSI MISI DIPLOMATIK
            Pada konvensi wina telah menegaskan bahwa kepala misi diplomatik dianggap menilai fungsinya di negara penerima, baik pada saat wakil tersebut menyerahkan surat kepercayaan maupun paada saat ini memberitahukan kedatangannya dan menyerahkan sebuah salinan asli dari surat kepercayaan kepada menteri luar negeri negara penerima, atau menteri lainnya yang ditunjuk sesuai praktek yang berlaku di negara penerima yang akan diperlakukan secara seragam.

BERAKHIRNYA FUNGSI MISI DIPLOMATIK
            Pada umumnya tugas seorang wakil deplomatik akan berakhir karena sudah habis masa jabatanya yang diberikan untuk menjalankan tugas. Tugas itu dapat berakhir pula karena ditarik kembali oleh negara asal. Karena tidak disenangi lagi seorang diplomat juga dapat ditarik dari misi tugasnya.
Menurut starke berakhirnya misi diplomatik disebabkan oleh beberapa hal:
1.      Pemanggilan kembali wakil itu oleh negaranya.
2.      Permintaan negara penerima agar wakil yang bersangkutan di panggil kembali , ini dapat pula terjadi jika kedua belah negara dalam kondisi bertikai.
3.      Penyerahan paspor kepada wakil dan staf serta para keluarganya saat terjadi perang antara kedua belah negara.
4.      Selesainya tugas misi.
5.      Berakhirnya surat-surat kepercayaan yang telah diberikan oleh negar.

PERWAKILAN KONSULER
Pembukaan hubungan konsuler terjadi dengan persetujuan timbal – balik, baik secara sendiri maupun tercakup dalam persetejuan pembukaan hubungan diplomatik. Walaupun demikian, pemutusan hubungan diplomatik tidak otomatis berakibat pada putusnya hubungan konsuler.
Fungsi perwakilan konsuler secara rinci disebutkan dalam ps 5 konvensi Wina mengenai Hubungan Konsuler dan Optimal Protokol tahun 1963, yaitu :
v  Melindungi kepentingan negara pengirim dan warga negaranya di dalam negara penerima di dalam batas – batas yang diizinkan oleh hukum internasional,
v  Memajukan pembangunan hubungan dagang, ekonomi, kebudayaan, dan ilmiah antar kedua negara,
v  Mengeluarkan paspor dan dokumen yang pantas untuk orang yang ingin pergi ke negara pengirim,
v  Bertindak sebagai notaris dan pencatat sipil serta melakukan peraturan perundang – undangan negara penerima
Perbedaan perwakilan diplomat dan konsul
Perwakilan Diplomatik
Memelihara kepentingan negaranya melalui hubungan tingkat pejabat pusat
*      Berhak membuat hubungan politik
*      Mempunyai hak ekstrateritorial
*      Hak ekstrateritorial adalah hak kebebasan diplomat terhadap daerah perwakilannya termasuk halaman bangunan serta perlengkapannya seperti bendera,lambang negara, surat – surat dan dokumen bebas sensor,dalam hal ini polisi dan aparat keamanan tidak boleh masuk tanpa ada ijin pihak perwakilan yang bersangkutan
*      Satu negara satu perwakilan saja
*      Hak immunitasnya penuh
Hak immunitas adalah hak yang menyangkut diri pribadi seorang diplomat serta gedung perwakilannya.dengan hak ini para diplomat mendapat hak istimewa atas keselamatan pribadi serta harta bendanya, mereka juga tidak tunduk kepada yuridiksi di dalam negara tempat mereka bertugas baik dalam perkara perdata maupun pidana.
*      Surat penugasan ditandatangani oleh kepala negara Perwakilan Konsuler

Perwakilan konsul
*      Memelihara kepentingan negaranya melalui hubungan tingkat daerah
*      Bersifat non politik
*      Tidak mempunyai hak ekstrateritorial
*      Satu negara ebih dari satu perwakilan
*      Hak immunitasnya sebagian
*      Surat penugasan ditandatangani oleh menteri luar neger

Kemungkinan Sengketa
ü  Indonesia dengan Malaysia (Banyak)
ü  Indonesia dengan Belanda (Fitna)
ü  Indonesia dnegan Arab Saudi (TKI)
KEPANGKATAN KORPS KONSULER
Dalam persoalan nonpolitik, hubungan satu negara dengan negara lain diwakili oleh korps konsuler yang terbagi dalam kepangkatan sebagai berikut:
1.  Konsul Jenderal : Mengepalai kantor konsulat jendral yang dapat membawahi beberapa                                                konsuler.
2.  Konsul                 : Mengepalai kantor konsulat yang membawahi kekonsulan.
3.  Wakil Konsul      : Mengepalai kantor wakil konsulat yang ada di dalam satu daerah                                                     kekonsulan.
4.  Agen Konsul       : Diangkat oleh konsul jendral atau oleh konsul dan ditugaskan menangani                                        beberapa hal tertentu yang berhubungan dengan kekonsulan, biasanya                                             ditempatkan di kota-kota yang termasuk kekonsulan.


Kantor-kantor konsulat tempat bekerjanya korps perwakilan konsuler dapat berupa:
1.Kantor konsulat jendral (consulate general)
2.Kantor konsulat (consulate)
3.Kantor wakil konsulat (vice consulate)
4.Kantor perwakilan konsuler (consuler agency)

Tugas-tugas yang berhubungan dengan kekonsulan:
1.  Bidang ekonomi, yaitu menciptakan tata ekonomi dunia baru dengan menggalakkan ekspor komoditas nonmigas, promosi perdagangan, mengawasi pelayanan, pelaksanaan perjanjian perdagangan dll.
2.  Bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan, seperti pertukaran pelajar dll.

MULAI BERLAKU DAN BERAKHIRNYA FUNGSI KONSULER
            Mulai berlakunya fungsi, memberitahukan dengan layak kepada negara penerima  menurut konvensi  wina 1963
Berakhir fungsi
ü  Fungsi pejabat konsuler berakhir
ü  Penarikan dari negara pengirim
ü  Pemberitahuan bahwa ia bukan lagi sebagai anggota staf konsuler

Proyek Gotong Royong Kewarganegaraan

 1. Tujuan Pembelajaran  Pada unit ini kalian diharapkan dapat menginisiasi sebuah kegiatan serta menetapkan tujuan dan target bersama. Sela...